RAGAM  

PERAYAAN PASKAH GKJW BONGSOREJO DILAKSANAKAN DENGAN PENAMPILAN DRAMA KOLOSAL JALAN SALIB

FOTO: Para pemain drama dan kawan Gusdurian Jombang serta kawan lintas iman.
FOTO: Para pemain drama dan kawan Gusdurian Jombang serta kawan lintas iman.

Jombang (3/4/2024) – Paskah merupakan salah satu hari keagamaan di seluruh dunia terkhusus bagi umat kristen. Paskah adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi kristen. Bagi umat kristen Paskah identik dengan Yesus.

Jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan pada hari Jumat sore, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati di hari minggu pagi. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus. Seperti yang tercatat di dalam keempat Injil di Perjanjian Baru. Perayaan ini juga dinamakan Minggu Paskah, Hari Kebangkitan, atau Minggu Kebangkitan.

Sebelum Paskah, umat Kristen akan menjalani Tri Hari Suci yang terdiri dari Kamis Putih, Jumat Agung dan Sabtu Sunyi.

GKJW Bongsorejo dalam merayakan Paskah menampilkan drama kolosal jalan salib dimana pelaksanaan dilakukan pada hari Kamis (28/3/2024) jam 19.00 wib.

FOTO: Jalan Salib.
FOTO: Jalan Salib.

Drama kolosal dimulai dari gereja dan berakhir dengan penyaliban Yesus di halaman depan gedung ijo.

FOTO: Drama saat Yesus terjatuh ke-2 kalinya.
FOTO: Drama saat Yesus terjatuh ke-2 kalinya.

Sang sutradara dari drama kolosal ini yakni Vikar Sri Rahayu. Dia ingin menyampaikan bahwa drama kolosal penyaliban Yesus Kristus sebagai dasar pengetahuan warga jemaat supaya dapat melihat serta menghayati pengorbanan Yesus di kayu salib itu sangatlah berharga. Oleh karena itu setiap umat percaya diharapkan untuk terus setia, bersungguh-sungguh untuk taat kepada Yesus Kristus sebagai sang Juru Selamat. Tak sampai pada itu saja, drama penyaliban Yesus Kristus berlanjut hingga kebangkitan Yesus Kristus. Kematian Yesus di kayu salib menunjukkan bahwa Yesus sama seperti manusia yang memiliki keterbatasan, namun dengan adanya kebangkitan Yesus Kristus memberikan penegasan bahwa keterbatasan manusia harus digantikan dengan ke Maha Kuasaan Allah.

FOTO: Saat Yesus disalibkan.
FOTO: Saat Yesus disalibkan.

Selain warga jemaat yang hadir menyaksikan penampilan drama kolosal jalan salib ini, ikut hadir juga kawan-kawan dari lintas iman dan dari Gusdurian Jombang, ini menandakan betapa mereka juga ingin menunjukkan keberagaman dan toleransi yang sangat tinggi. Menurut Gus Aan Anshori, “drama kolosal penyaliban Yesus di GKJW Bongsorejo ditata dengan baik ditengah berbagai keterbatasan. Sebagai seorang Islam yang menontonnya, aku mendapatkan banyak tambahan pengetahuan seputar peristiwa itu. Tidak hanya itu, aku juga ikut larut merasakan penghayatan kolosal para jemaat, terutama saat Yesus ditangkap di Getsemani, diarak menuju Golgota sembari memikul salib hingga disalibkan. Aku menyaksikan banyak penonton begitu menghayati Yesus yang disalib. Sangat nampak drama ini begitu menguatkan imam mereka. Itu sebabnya drama seperti ini perlu ditradisikan tiap tahun. Bahkan jika perlu, acara ini melibatkan semakin banyak orang dari berbagai latar belakang. Secara personal aku sangat senang dapat menyaksikan dan ikut merasakan aura dari drama tersebut. Ini sekaligus akan terus mengasah toleransiku terhadap perbedaan tafsir seputar jalannya cerita.”

FOTO: Kebangkitan Yesus di Minggu Paskah.
FOTO: Kebangkitan Yesus di Minggu Paskah.

Beda lagi menurut Ning Emma yang juga merupakan salah satu pengurus Gusdurian Jombang, Ning Emma tidak bisa berkata-kata banyak karena drama kolosal penyaliban Yesus Kristus merupakan pengalaman pertama kalinya melihat jalan salib. Setelah penyaliban Yesus di Golgota selesai, acara di tutup dengan mengambil saat teduh dengan menghayati sebuah lagu Via Dolorosa, lalu di tutup dengan doa oleh Ibu Pdt. Ridha. Tidak berhenti disini drama kolosal masih berlanjut di hari minggu pagi saat kebangkitan Yesus yang disebut dengan Paskah.

FOTO: Ditutup dengan doa oleh Ibu Pdt. Ridha.
FOTO: Ditutup dengan doa oleh Ibu Pdt. Ridha.

Para pemain drama kolosal ini melibatkan warga gereja inter generasi, karena yang terlibat dalam berbagai peran adalah dari mulai usia remaja sampai usia adiyuswo. Para pemain bermain dan berlatih dengan kesungguhan dalam memerankan masing-masing karakter yang diberikan. Untuk memberikan sesuatu penampilan yang istimewa para pemain berlatih selama kurang lebih 3 mingguan.

Penulis: BARA MEGA R.Editor: SNF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *