Pangulubalang adalah peninggalan suku Batak ketika masih menganut faham animisme. Pangulubalang atau ulubalang adalah patung pelindung desa khususnya pada saat penduduk desa sedang meninggalkan desa untuk bertani. Pangulubalang adalah patung batu (di gorga) bentuk manusia mini.
Patung pangulubalang bukanlah sembarangan patung yang dibuat begitu saja tetapi patung yang sebelumnya diisi dengan jasad manusia yang sengaja dikorbankan dan diolah sedemikian rupa khusus untuk membuat “Pangulubalang”.
Menurut cerita, manusia yang dikorbankan ini adalah anak kecil yang diambil dan diasuh dengan perjanjian apapun permintaan si anak akan dituruti asal si anak mau memberikan apa yang diminta oleh yang mengasuh (si anak tidak tahu kalau dia akan dikorbankan).
Seluruh permintaan si anak dituruti hingga umur kurang lebih sepuluh tahun sebelum dikorbankan.
Pada saat yang ditentukan, kemudian si anak dikorbankan, dengan cara dimasukkan ke dalam mulutnya berupa cairan timah mendidih. Kemudian mayatnya dipotong-potong dan dicampur dengan beberapa ramuan dan dibiarkan membusuk.
Air fermentasi yang keluar dari mayat anak tadi disimpan di dalam cawan, lalu sisanya dibakar untuk mendapatkan abunya.
Untuk memanggil si anak yang sudah dikorbankan tadi, disiapkanlah patung. Patung inilah yang disebut Pangulubalang.
Patung ini berfungsi untuk penolak bala, sedang datu bisa memanfaatkannya untuk disuruh menyerang musuh, berupa santet.
Pangulubalang pada saat-saat tertentu (periodik) di-pele (diberi makan) oleh majikannya yang menunya berupa padi yang digonseng (bertih), telur ayam kampung, dll.
Seandainya majikannya terlambat ma-mele (memberi makan), ada harapan telur ayam sekampung yang sedang dierami akan “bayuhon” (tidak jadi menetas) karena sebelumnya telah disantap oleh Pangulubalang.
Roh manusia yang jasadnya ada dalam Pangulubalang dipercaya dapat berfungsi sebagai penjaga hutan. Jika ada musuh mau menyerbu masuk hutan ataupun akan timbul wabah kolera (begu attuk) dan lain-lain, maka sebelumnya oleh Pangulubalang akan diberikan peringatan-peringatan dini dengan tanda-tanda umpamanya, semut-semut merah bermunculan di sekeliling hutan secara menyolok, dan atau tanda-tanda alam lainnya yang tidak lazim, bahkan katanya suara-suara aneh yang bersumber dari Pangulubalang.
Berdasarkan ini semua (majikannya biasanya cepat tanggap) orang sekampung dapat mengambil tindakan berjaga-jaga (mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya).
Pangulubalang juga memiliki peranan penting dalam perselisihan antar marga atau antar desa. Roh Pangulubalang ditugaskan ke daerah musuh untuk menutup mata dan telinga musuh agar tidak mampu untuk berperang lagi.
Pada saat-saat tertentu patung-patung ini dipuja dan disembah agar masyarakat desa selamat dari marabahaya dan selain itu juga untuk memohon rejeki.
Relief patung Pangulubalang atau Ulubalang ini dapat kita jumpai atau temui di Balige tepatnya di Museum TB Silalahi Center.