PASAR BARONGAN KALI GUNTING MOJOAGUNG, MODEL PEMANFAATAN POTENSI DESA DALAM KEMBANGKAN USAHA KEMANDIRIAN

Foto: Nanang Sugiharto, Kepala Desa Mojotrisno saat interview dengan wartawan salamolahraga.com di lokasi.
Foto: Nanang Sugiharto, Kepala Desa Mojotrisno saat interview dengan wartawan salamolahraga.com di lokasi.

Sanan Timur, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang – Jawa Timur

Kali Gunting, dimana sebuah sungai yang selalu menjadi pemberitaan di kala musim mudik lebaran karena lalu lintas yang melaluinya selalu padat dan macet, dan jika curah hujan tinggi tanpa henti letak pemukiman yang lebih rendah menjadikannya selalu banjir tiap tahun.

Foto Booth Pasar Barongan.
Foto Booth Pasar Barongan.

Warga memanfaatkan bagian dari bantaran sungai Kaligunting menjadi creative – preneur bernama “Pasar Barongan” sejak tahun 2022 lalu.

Foto: Suasana pedagang jajanan tradisional di Pasar Barongan.
Foto: Suasana pedagang jajanan tradisional di Pasar Barongan.

Pasar dengan konsep total tradisional yang mencoba menggambarkan keadaan pasar di masa lampau yang tidak disediakannya tempat khusus dan hanya memanfaatkan tempat yang teduh dan sedikit luas di suatu kampung untuk berjualan jajanan, makanan, dan minuman.

Foto: Saat Kepala Desa, Danramil, dan Kapolsek melakukan upacara pembukaan dan memberangkatkan Kirab Gunungan Ketupat.
Foto: Saat Kepala Desa, Danramil, dan Kapolsek melakukan upacara pembukaan dan memberangkatkan Kirab Gunungan Ketupat.

Dari segi creative art, setiap minggu pertama dan ketiga pada setiap bulan dimana waktu periodik diselenggarakannya Pasar Barongan selalu dibarengi dengan program – program kebudayaan dan kesenian yang banyak mengundang masyarakat untuk datang melalui sosial media.

Foto: Gunungan Ketupat dan hasil bumi di Kirap dari Masjid Besar menuju Pasar Barongan.
Foto: Gunungan Ketupat dan hasil bumi di Kirap dari Masjid Besar menuju Pasar Barongan.

Begitu juga dengan minggu ketiga bulan April sekarang ini (21/04/2024). Tajuk acara yang digagas adalah “Kupat Sewu”, dimana Pasar Barongan jatuh pada periode bulan Syawal (kalender Masehi) dan dalam suasana Hari Raya Idul Fitri atau yang dikenal Lebaran Ketupat.

Foto: Tempat makan di tengah Pasar Barongan menjadikan mata terus berjelajah setelah makanan selesai dinikmati.
Foto: Tempat makan di tengah Pasar Barongan menjadikan mata terus berjelajah setelah makanan selesai dinikmati.

Nanang Sugiharto, Kepala Desa Mojotrisno yang juga membuka program acara tersebut mengungkapkan, “Kita ingin menghadirkan suasana Lebaran Ketupat di Pasar Barongan, dengan mengawinkan budaya kesenian modern dan tradisional kami berharap suasana lebaran pada masa – masa klasik masa lalu bisa kita tangkap dalam program ini. Konsep mengarak Gunungan Seribu Ketupat (Kupat Sewu: jawa) dengan dijaga dan dikawal pasukan Barongan dan Bantengan menggambarkan jaman dulu masyarakat senang menyambut kemenangan Idul Fitri dengan mengungkapkan syukur dan membagi seribu ketupat untuk dimakan bersama seluruh warga masyarakat dan dimakan dalam sebuah pesta,” ujarnya.

Foto: Jajanan klasik yang terbuat dari gula yang dilumerkan dan dicetak dengan memberikan tekanan udara didalamnya yang menjadi daya tarik tersendiri.
Foto: Jajanan klasik yang terbuat dari gula yang dilumerkan dan dicetak dengan memberikan tekanan udara didalamnya yang menjadi daya tarik tersendiri.

Pengunjung dapat menemukan jajanan tradisional, makanan dan minuman, juga hasil kerajinan asli masyarakat Mojotrisno yaitu kain batik bahan alam.

Foto: Batik warna alam yang ikut ditawarkan dalam Pasar Barongan.
Foto: Batik warna alam yang ikut ditawarkan dalam Pasar Barongan.

Sebagai potensi Desa Mojotrisno, ada beberapa masyarakat yang mendalami kerajinan batik warna alam baik dengan teknik tulis, cap, dan juga tenun. Selain itu ada juga miniatur kesenian arca yang dibuat dari batu dan tanah.

Foto: Kunjungan Mahasiswa Budaya dari Universitas Kristen Petra yang tampak sangat antusias berkomunikasi dan melarisi dagangan.
Foto: Kunjungan Mahasiswa Budaya dari Universitas Kristen Petra yang tampak sangat antusias berkomunikasi dan melarisi dagangan.

Sangat menarik bukan? Inovasi apa lagi yang ada di daerah anda, guna mengoptimalkan potensi – potensi yang ada di Desa dan dimanfaatkan untuk kemandirian masyarakat yang bisa kami kunjungi?

Silahkan hubungi redaksi atau ceritakan di kolom komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *