Kurikulum Merdeka adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. Kurikulum ini bertujuan untuk memberikan ruang lebih besar kepada siswa dalam mengelola pembelajarannya sendiri dan memungkinkan mereka untuk mengikuti minat, bakat, dan tujuan pribadi mereka. Kurikulum Merdeka juga mengakui pentingnya pengembangan karakter dan keterampilan selain pengetahuan akademik.
Ketika diterapkan dalam layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah menengah pertama (SMP), konsep Kurikulum Merdeka dapat mendorong siswa untuk mengambil peran aktif dalam mengidentifikasi dan merencanakan perkembangan pribadi mereka, termasuk pemahaman diri, pengambilan keputusan, dan rencana karir.
Memberikan lebih banyak kebebasan kepada siswa dalam memilih jalur pendidikan dan pengembangan pribadi mereka, sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk pengambilan keputusan pendidikan dan karir.
Menyediakan akses ke beragam sumber daya dan informasi yang dapat membantu siswa dalam menggali peluang pendidikan dan karir, serta pengembangan diri. Mendukung siswa dalam mengenali nilai-nilai dan etika yang akan membantu mereka menjadi warga yang bertanggung jawab dan berkontribusi positif pada masyarakat. Mendorong kerja sama antara guru, konselor, orang tua, dan siswa dalam merancang rencana pembelajaran dan pengembangan pribadi yang sesuai dengan prinsip- prinsip Kurikulum Merdeka.
Integrasi Kurikulum Merdeka dalam layanan BK di SMP harus mencerminkan semangat kemandirian siswa dan memungkinkan mereka untuk menjadi bagian aktif dalam proses pengambilan keputusan tentang pendidikan dan karir mereka. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan akademik yang kuat, tetapi juga keterampilan, karakter, dan kemandirian yang akan membantu mereka berhasil dalam kehidupan pribadi dan profesional.
Perbedaan antara Kurikulum Merdeka dan Kurikulum 2013 (K-13) terkait layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah:
Kurikulum Merdeka: Menekankan pemberian kemandirian kepada siswa dalam pengelolaan pendidikan mereka. Memberikan fleksibilitas yang lebih besar kepada siswa untuk mengikuti minat, bakat, dan tujuan pribadi mereka. Mengintegrasikan pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah.
Kurikulum 2013 (K-13): Memiliki struktur kurikulum yang lebih ditentukan dengan penekanan pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Menekankan implementasi kompetensi yang telah ditentukan. Lebih menekankan kurikulum akademik dengan mata pelajaran yang mencakup berbagai disiplin ilmu.
Ini mencerminkan perbedaan dalam pendekatan kurikulum di sekolah, di mana Kurikulum Merdeka lebih berorientasi pada kemandirian siswa dan fleksibilitas, sementara K-13 lebih mengikuti struktur dan kompetensi yang telah ditentukan. Implementasi konkretnya akan bervariasi tergantung pada kebijakan dan praktik di tingkat sekolah dan daerah masing- masing.
Guru BK perlu memahami prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka dan mengambil langkah-langkah konkret untuk mendukung implementasinya dalam layanan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah. Ini termasuk mengidentifikasi kebutuhan siswa, mengembangkan program BK yang relevan, membantu siswa dalam pemahaman diri dan pengambilan keputusan, memberikan informasi karir yang penting, dan mendukung pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah.
Guru BK juga harus berkolaborasi dengan staf sekolah, guru, orang tua, dan siswa untuk memastikan pendekatan BK yang mendukung perkembangan holistik siswa. Melalui upaya ini, guru BK dapat membantu siswa mencapai kemandirian dalam pendidikan dan pengambilan keputusan, sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka.