Garda Pali Budaya Pasopati Nusantara Kukuhkan Tekad Lestarikan Budaya di Pertapaan Indrokilo

“Tekadku adalah Semangatku, Niatku adalah Keberanianku, Tujuanku adalah Menjaga Budayaku.” Seruan penuh semangat ini menggema di lereng Gunung Ringgit saat Garda Pali Budaya Pasopati Nusantara menggelar kegiatan Pemantapan Gelombang ke-2 di Pertapaan Indrokilo, Desa Talun Nongko, Kabupaten Pasuruan, pada Sabtu, 3 Mei 2025.

Dengan cuaca yang cerah, sekitar pukul 14.00 WIB, para peserta terlihat antusias bersiap untuk mendaki menuju situs leluhur Pertapaan Indrokilo. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari Gelombang pertama yang telah dilaksanakan dua minggu sebelumnya.

Rombongan dibagi menjadi dua regu. Regu pertama dipimpin Mbah Pri dari Sidoarjo dan Nyai Zaenab, sedangkan regu kedua dipimpin Ki Oga atau Romo Sulono dari Surabaya. Sebelum memulai perjalanan, seluruh peserta memanjatkan doa bersama sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan.

Perjalanan dimulai dari gerbang desa menuju Pos 1, dilanjutkan ke Petilasan Satria Manggung, tempat para peserta berhenti sejenak untuk berdoa kepada leluhur. Meski medan terjal dan menantang, seluruh peserta melaluinya dengan penuh semangat dan sukacita.

Setelah menempuh perjalanan selama sekitar dua setengah jam, rombongan akhirnya tiba di Pertapaan Indrokilo. Di sana, mereka disambut pemandangan indah serta situs leluhur yang dikenal dengan nama Eyang Kabul. Keletihan pun terbayar lunas oleh suasana sakral dan keindahan alam di lereng Gunung Ringgit.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan sarasehan atau diskusi visi dan misi Garda Pali Budaya Nusantara serta ramah tamah. Keesokan harinya, peserta melakukan penjelajahan ke Candi Laras dan Gua Gambir. Puncaknya, digelar upacara apel pagi yang diisi dengan penyematan kaos Garda Pali oleh Ketua Umum Pasopati Cakra Nusantara, Kanjeng Pangeran Arya Senopati Ki Bagus Mpu Batu, yang juga bertindak sebagai pembina upacara.

Dalam sambutannya, KPAS Ki Bagus Mpu Batu menyampaikan bahwa pembentukan Garda Pali Budaya Nusantara merupakan bentuk keterpanggilan untuk menjaga adat dan budaya bangsa, mendukung stabilitas ketahanan nasional, serta menjalankan amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang mencakup 11 aspek utama.

Acara ditutup dengan foto bersama yang diwarnai semangat kebersamaan. Seruan yel-yel kembali menggema, mempertegas komitmen Garda Pali dalam melestarikan budaya bangsa.

“Semoga seluruh pelaku, penggiat, praktisi, dan pemerhati budaya senantiasa bersinergi untuk terus menjaga, merawat, dan menguri-uri warisan budaya Nusantara,” pungkasnya.

Penulis: DEKA BAGUS CANDRA, S.Psi.Editor: SNF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *