GRESIK — Yayasan Gang Sebelah sukses menggelar Malam Puncak Literatutur 2025, sebuah perhelatan seni sastra yang menampilkan karya-karya hasil residensi sepuluh sastrawan muda. Acara diselenggarakan di teras Sualoka Hub, Kampung Kemasan, Gresik, Sabtu (25/10) malam.
Acara seni dan budaya ini diawali dengan penampilan Musikalisasi Puisi yang apik oleh Komunitas Persada dari Mojokerto, dilanjutkan dengan Pembacaan Cerpen oleh Kampung Dongeng Gresik yang mengangkat kisah Giri Kedaton.
Puncak acara ditandai dengan Perilisan Buku Hikayat Giri Kedaton: “Tambo Girisik”. Buku tersebut merupakan antologi karya sepuluh peserta residensi Literatutur, di antaranya:
- Lucia Priandarini (Palagan Terakhir Giri Kedaton).
- Nurillah Achmad (Pada Langit Lapang yang Tak Sudi Memaafkan Tubuhnya Sendiri).
- Khanafi (Grissee Affair).
Diskusi Publik: Residensi, Investigasi dan Imajinasi
Malam Puncak Literatutur 2025 ditutup dengan diskusi publik bertema “Residensi, Investigasi dan Imajinasi”. Diskusi ini menghadirkan pembicara M. Choiruz Zimam (Akademisi), Nur Fakih (Mantan Wartawan Senior), dan Irfan Akbar Prawira (Ketua DKG).
M. Choiruz Zimam menekankan pentingnya karya yang mampu membangun imajinasi para pembaca. “Sebuah karya akan sangat menarik jika bisa memicu imajinasi yang luas dari penikmatnya,” ujarnya.
Sementara itu, Nur Fakih menyoroti hubungan antara sastra dan jurnalisme. Ia menyebut banyak wartawan senior memiliki latar belakang seniman, yang membuat karya jurnalistik mereka—walaupun kritis dan lugas—tetap berbasis sastra dan mampu membangun kesadaran bersama.
Di akhir diskusi, Irfan Akbar Prawira mengungkapkan pentingnya residensi sebagai proses meleburkan kreator dengan karyanya. Residensi, yang telah dilakukan sejak era kemerdekaan, memastikan seorang pengkarya bisa mempertanggungjawabkan hasil karyanya, tidak hanya mengandalkan “wahyu tertentu.”
