Pawai Ogoh-Ogoh Nyepi 2025: Semangat Kebersamaan Menuju Karangasem yang Agung

Sehari menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1947, umat Hindu Bali kembali melaksanakan tradisi unik mengarak ogoh-ogoh. Dalam ajaran Hindu, Bhuta Kala yang diartikan sebagai kekuatan alam semesta (bhu) dan waktu (kala) yang tak terukur direpresentasikan dalam bentuk ogoh-ogoh. Tradisi ini menjadi tontonan menarik yang dikenal dengan sebutan Pengerupukan.

Ogoh-ogoh melambangkan elemen buruk yang diarak dan dimusnahkan (dibakar) untuk mengembalikan keseimbangan dan membawa unsur kebaikan bagi lingkungan.

Ada banyak lokasi untuk menyaksikan pawai ogoh-ogoh di Bali. Pawai ini digelar di tingkat banjar atau masing-masing desa adat. Beberapa lokasi yang populer untuk menonton ogoh-ogoh antara lain kawasan Patung Kreta Amlapura, kawasan Taman Kota, dan Tugu Pahlawan Karangasem hingga desa-desa di Kabupaten Karangasem, Bali.

Pawai ogoh-ogoh tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Ritual ini mencerminkan upaya umat Hindu di Pulau Dewata untuk membersihkan diri dari energi buruk sebelum memasuki Hari Raya Nyepi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *