Suasana Idulfitri di Desa Batang Baruhar, Kabupaten Padang Lawas Utara, tercoreng akibat aksi kekerasan yang dilakukan sekelompok remaja terhadap seorang ibu, Kamis (3/4/2025). Insiden ini dipicu teguran sang ibu karena para remaja bermain tembak-tembakan menggunakan senjata mainan ke arah pengguna jalan.
Peristiwa terjadi di pinggir jalan raya saat korban bersama warga lain menegur sekelompok anak muda yang menembakkan peluru mainan secara sembarangan. Bukannya meminta maaf, para pelaku justru menyerang secara fisik ibu tersebut dan warga lain yang berupaya melerai.
Insiden ini menjadi potret buram lemahnya pengawasan dan minimnya pembinaan karakter di kalangan anak muda. Menurut pengamat sosial Abdul Fikri Ginting, kejadian tersebut tidak bisa dilihat semata-mata sebagai kenakalan anak, tetapi sebagai bukti dari krisis pendampingan moral dalam masyarakat.
“Ini bukan hanya soal anak nakal. Ini adalah kegagalan kolektif—dari keluarga, masyarakat, hingga lembaga sosial. Terlalu sedikit SDM yang dibekali untuk mendampingi anak-anak, apalagi saat momen besar seperti Lebaran,” ujar Abdul Fikri.
Ia menambahkan, minimnya kehadiran relawan pendidikan dan petugas sosial di ruang publik membuat kontrol sosial melemah. Pendampingan terhadap generasi muda, terutama dalam situasi yang berpotensi memicu konflik, hampir tidak terlihat.
Hingga kini, belum ada langkah nyata dari pemerintah daerah untuk memperkuat kapasitas pembinaan anak dan remaja di masyarakat. Relawan pendidikan dan petugas sosial yang ada pun jumlahnya sangat terbatas dan sering bekerja tanpa dukungan memadai.
Abdul Fikri menegaskan pentingnya langkah proaktif untuk mencegah kekerasan serupa. “Perlu penambahan kader pembinaan anak muda, kehadiran petugas sosial di setiap kegiatan publik, serta integrasi nilai-nilai moral ke dalam aktivitas komunitas,” tambahnya.
Momen Lebaran seharusnya menjadi ajang mempererat silaturahmi dan kedamaian. Namun jika kelalaian dalam pembinaan terus dibiarkan, kekerasan seperti ini bisa terulang kapan saja.