Warga Lingkungan Citerep RT 03/02, Kelurahan Kiara, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, Banten, tidak memiliki kamar mandi dan jamban yang layak. Kamar mandi yang ada hanya ditutup dengan baliho calon wali kota dan terpal.
Sahari, atau yang akrab disapa Towot, merupakan warga Kampung Citerep, Kelurahan Kiara. Sehari-hari, ia bekerja sebagai “pak ogah” di perempatan jalan. Ia memiliki empat anak, sementara istrinya bekerja sebagai asisten rumah tangga di sebuah kompleks yang tidak jauh dari rumah mereka.
Karena tidak memiliki jamban, satu keluarga ini terpaksa harus buang air besar di kebun bambu di belakang rumah.
“Kalau ingin buang hajat malam, kami sering menahannya. Tak jarang, kami pun terpaksa buang hajat di kebun bambu atau di belakang rumah saja,” ungkap Sahari saat ditemui awak media.
Selain itu, kondisi sumur yang dimiliki Sahari juga sangat tidak layak untuk dikonsumsi.
“Airnya tidak layak untuk diminum, selain berwarna kuning juga berbau tidak sedap,” tambahnya.
Akibat kondisi tersebut, keluarga Sahari mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti memasak dan minum, mereka harus membeli air galon seharga Rp3.000 per galon.
“Bukan kami tidak ingin punya kamar mandi dan jamban yang layak, tetapi kondisi ekonomi kami sedang terpuruk. Untuk makan sehari-hari saja terkadang masih berutang di warung tetangga,” tutupnya.