Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Dody Hanggodo meninjau langsung Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Senin (14/7/2025). Kunjungan ini bertujuan memastikan proyek bendungan tersebut dapat memberikan manfaat nyata bagi ketahanan pangan, peningkatan produktivitas pertanian, serta penyediaan air baku bagi masyarakat.
“Bendungan Meninting harus memberikan manfaat secara ekonomi dan juga pariwisata. Tidak hanya untuk irigasi, tetapi juga untuk penyediaan air baku,” ujar Menteri Dody.
Bendungan Meninting diproyeksikan mampu mengairi daerah irigasi seluas 1.559 hektare melalui distribusi air ke Bendung Penimbung, Ketapang, dan Sesaot. Kapasitas tampung bendungan mencapai 12 juta meter kubik, yang juga diharapkan bisa meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dari 280% menjadi 300%.
Sistem irigasi teknis bendungan akan memanfaatkan aliran Sungai Meninting dan Sungai Pitete untuk memastikan suplai air pertanian secara berkelanjutan. Selain itu, Kementerian PUPR tengah menyiapkan rehabilitasi saluran High Level Diversion (HLD) atas untuk Daerah Irigasi Renggung–Rutus dengan cakupan manfaat seluas 3.454 hektare. Program ini ditargetkan dapat meningkatkan IP dari 250% menjadi 280%.
“Dengan adanya Inpres Nomor 2 Tahun 2025, kita bisa bantu irigasi yang menjadi kewenangan daerah sesuai kebutuhan masing-masing,” tambah Dody.
Dalam kunjungan tersebut, Menteri Dody juga menyempatkan berdialog dengan petani penerima manfaat. Ia menegaskan pentingnya layanan irigasi yang adil untuk menghindari potensi konflik antarpetani di wilayah hilir.
Tak hanya untuk irigasi, bendungan ini juga menjadi sumber air domestik untuk Kecamatan Batulayar dan Gunungsari. Total kebutuhan air domestik kedua kecamatan tersebut mencapai 297,31 liter per detik, dan bendungan mampu menyuplai hingga 150 liter per detik. Angka ini diperkirakan mencukupi kebutuhan sekitar 99.750 jiwa atau 50,45% dari total kebutuhan air domestik wilayah tersebut.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara Barat, Eka Nugraha, menambahkan bahwa bendungan yang terletak di Desa Bukit Tinggi (Kecamatan Gunungsari) dan Desa Dasan Geria (Kecamatan Lingsar) ini juga akan membantu mengurangi risiko kekeringan dan banjir di wilayah Lombok Barat.
“Bendungan ini dibangun untuk mendukung tiga pilar ketahanan nasional, yaitu ketahanan pangan, air, dan energi. Selain itu, bendungan ini juga berpotensi sebagai sumber energi terbarukan, melalui PLTS apung sebesar 9 MW dan PLTMH sebesar 0,8 MW,” jelas Eka.












