Mbah Coolen dan Kristen Nusantara: Cikal Bakal Toleransi di Kota Santri

Jombang, Salamolahraga– Jombang mendapatkan julukan Kota Santri yang menghasilkan banyak orang terkenal di Indonesia bahkan di seluruh dunia, Seperti K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahid Hasyim, K.H. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur) dan lainnya.

Tokoh- tokoh tersebut merupakan tokoh Islam terkenal, selain tokoh Islam, di Jombang juga ada tokoh Kristen yang terkenal salah satunya adalah Coenrad Laurens Coolen yang merupakan seorang Indo, ayahnya dari keturunan bangsa Portugis dan Belanda, yang berkewarganegaraan Rusia yang menikah dengan putri bangsawan Mataram.

“Saya ingin menemukan sosok yang menggambarkan seorang Kristen Nusantara, dari beberapa literatur yang saya baca barulah saya ketahui bahwa C.L. Coolen atau yang terkenal dengan sebutan Mbah Coolen merupakan sosok Kristen Nusantara yang saya temui” kata Gus Aan mengawali diskusi tentang Hari Toleransi sedunia yang diadakan di Kedai Sufie pada hari Senin ( 20/11/2023). ” Pada saat menjadi pemimpin di persil Ngoro Mbah Coolen memberikan kebebasan kepada para pekerjanya untuk menjalankan agamanya, dan dari sinilah kita ketahui cikal bakal Toleransi antar umat beragama di kota Santri” Lanjut Gus Aan yang merupakan ketua Gusdurian Jombang.

“Coolen mempunyai latar belakang budaya yang dipengaruhi oleh ibunya yang merupakan putri bangsawan dari Mataram, sehingga dalam menyampaikan kekristenan sering menggunakan budaya Jawa yang mudah diterima oleh masyarakat pada waktu itu” ungkap Wiryo Widianto. ” Mbah Coolen telah memberikan contoh yang baik mengenai kehidupan bertoleransi dengan tidak melarang membangun Masjid dan memiliki jiwa sosial yang tinggi, salah satunya ketika terjadi kelaparan di Jawa Timur, Mbah Coolen dapat menyediakan beras bagi ribuan orang dengan cara menjual beras dengan harga yang murah” terang Mas Wiwid panggilan akrab Wiryo Widianto yang merupakan pengarang buku Paulus Tosari.

Menurut pendeta Suyono, ” Coolen adalah tokoh Misionaris Kristen yang mengkabarkan Injil dengan cara berbeda dengan orang- orang eropa pada saat itu, karena menggunakan Budaya Jawa untuk mendekati masyarakat yaitu melalui media wayang dan tembang, meskipun Mbah Coolen memiliki kekurangan juga menurut iman kristen yaitu memiliki istri lebih dari satu, namun memiliki peranan besar untuk perkembangan ke-Kristenan di tanah Jawa”.

Sementara itu menurut pendeta Tri Kridhaningsih ” Coolen adalah sosok yang sangat pintar dimana dia dapat menggunakan budaya untuk mengajarkan kekristenan, selain itu beliau juga mengajari masyarakat untuk bertani atau bercocok tanam dengan benar sehingga pada waktu itu di wilayah Ngoro masyarakatnya makmur”. ” Dalam beragama itu dapat beriringan dengan budaya, sehingga terjalin toleransi dan saling menghormati diantara masyarakat” lanjut Pendeta Kridha.

“Toleransi di kota Santri sudah terjalin sejak jaman dulu, Ini menunjukkan bahwa walaupun ada perbedaan dalam memeluk suatu agama namun dalam kehidupan bermasyarakat terjalin secara harmonis hal ini bisa menjadi contoh bagi kita semua”. Pungkas Gus Aan dalam acara diskusi ini yang di moderatori oleh Nur Nasya, jurnalis KR53.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *